
"Cadangan minyak sekitar 15 tahun lagi habis. Jadi, tuntutan pendemo sebaiknya bukan harga BBM tak naik, tapi meminta pemerintah memberikan transportasi umum senyaman kendaraan pribadi yang murah dan ongkos angkutan barang juga murah," sebut Djoko kepada Kompas.com melalui pesan teks, Jumat (23/3/2012).
Seharusnya, Djoko melanjutkan, para pendemo meminta tarif khusus buat masyarakat miskin, mahasiswa atau pelajar dan buruh. Perlu dituntut juga agar pemerintah segera menyediakan bahan bakar selain BBM, seperti bahan bakar gas. Mengingat BBG terbilang murah ketimbang BBM.
"Minta pula (pemerintah) segera gunakan energi gas yang lebih murah dan tidak timbulkan polusi udara," tambah dia.
Ia melihat cukup sulit subsidi BBM untuk dipertahankan. Pasalnya, sebagian besar yakni sekitar 93 persen subsidi BBM digunakan untuk sepeda motor dan mobil pribadi. Sedangkan, angkutan umum hanya menggunakan tiga persen saja.
"Indonesia adalah negara yang obral BBM bersubsidi, tapi sepertiga kebutuhan BBM (justru) diimpor," pungkas Djoko.
Untuk diketahui saja, menurut data Susenas per Maret 2011, sebanyak 37,7 juta rumah tangga di Indonesia memiliki sepeda motor. Dari angka itu, masyarakat yang masuk kategori tidak miskin sebanyak 35,1 juta rumah tangga. Rumah tangga miskin yang memiliki sepeda motor hanya 2,6 juta. Artinya, subsidi BBM untuk sepeda motor dinikmati oleh kelompok masyarakat tidak miskin.
Sementara itu, dari 4,6 juta rumah tangga yang mempunyai mobil, rumah tangga miskin hanya 25 ribu. Berarti hanya sedikit rumah tangga miskin yang mempunyai mobil yang menikmati subsidi BBM. Terkait dengan rencana kenaikan harga BBM, hingga kini, pemerintah belum memutuskan apakah rencana tersebut jadi diwujudkan. Pembahasan terkait ini rencananya akan berlanjut pada Sabtu (24/3/2012) siang ini di Badan Anggaran DPR RI.
Sumber : Kompas.com