
Saat ini Jogjakarta baru memiliki hutan dengan luas sekitar 23 persen dari total luas wilayah yang mencapai 3.185 kilometer persegi. Itu terdiri hutan negara sebanyak 5,8 persen dan hutan rakyat yang mencapai lebih 17 persen. ”Kalau hutan negara itu tetap segitu. Yang paling memungkinkan adalah memperbanyak hutan rakyat,” ujar Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIJ Akhmad Dawam usai bertemu Gubernur DIJ Hamengku Buwono X di kompleks Kepatihan Pemprov DIJ Jl Malioboro kemarin (25/2). Untuk mencapai target 30 persen itu, dishutbun menggalakkan penanaman pohon keras. Di antaranya, jati, mahoni, kopi, dan kakao. Dishutbun mendorong parapetani yang memiliki kebun untuk menanam pohon keras di pinggiran kebun. ”
Itu kan bisa untuk investasi juga,” imbuhnya.Setiap tahun dishutbun menargetkan perluasan hutan 4,5 hektare atau 45 kilometer persegi atau 4,5 juta pohon. Perluasan dilakukan dengan memasifkan kebun bibit rakyat (KBR) yang memberikan bantuan bibit menggunakan dan dari pusat. Jogjakarta memiliki 90 unit KBR yang masing-masing memiliki bibit sekitar 50 ribu pohon. Dia menyatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan dinas kebutanan di kota dan kabupaten. Ini untuk mendorong masyarakat membantu pemenuhan target ini. Hutan rakyat, kata dia, bukan berarti harus berupa hutan belantara. Hutan rakyat dapat berwujud pekarangan yang ditanami pohon-pohon keras. ”Kalau kami ambil aspek lingkungannya. Tanaman keras atau tanaman kehutanan itu sudah berfungsi hutan,” tandasnya.Jogjakarta bakal menjadi tuan rumah pertemuan delegasi kehutanan negara-negara Asean pada 28 Februari. Pertemuan digelar di Hotel Hyatt. Tema yang dibahas antara lain pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kehutanan.
Sumber : RadarJogja