
Lalu bagaimana ahli planologi menilai tata ruang Kota Makassar? Berikut perbincangan wartawan FAJAR, Yusriadi dengan Dekan Fakultas Teknik Universitas 45, Ir Syafri M.Si di ruang kerjanya, Kamis, 5 April.
Banyak kalangan yang menilai tata ruang Kota Makassar tidak sejalan dengan misi kota dunia. Bagaimana menurut Anda?
Berbicara masalah tata ruang secara umum dimana pun, dalam rencana tata ruang itu mesti ada tiga syarat utama yang perlu diperhatikan. Yang pertama mengenai struktur ruangannya, pola ruang dan bagaimana kawasan strategis.
Memang tata ruang Kota Makassar sangat memprihatikan. Turun hujan, genangan di mana-mana, kemacetan setiap hari terjadi, begitu pun dengan perumahan kumuh. Itu semua merupakan imbas dari perencanaan tata ruang yang tidak benar.
Apa penyebab sehingga tata ruang Kota Makassar memprihatinkan seperti itu?
Sampai sekarang kan tata ruang kota Makassar belum diperdakan. Sehingga kalau menurut saya, perda tata ruang dulu yang mesti dipacu agar ada instrumen yang bida digunakan untuk pengendalian. Perencanaan itu kan belum cukup, yang paling penting sebenarnya adalah pengendalian. Artinya kita harus konsisten dengan rencana yang sudah kita kerjakan.
Dengan kondisi tata ruang saat ini. Apa masih bisa dikendalikan?
Ya, tentu bisa. Yang penting kita mempunyai komitmen bersama untuk bersepakat memperbaiki Kota Makassar. Misi kita kan menuju kota dunia, makanya butuh dukungan semua masyarakat untuk menggiring menuju kota dunia itu.
Jadi harapan mewujudkan kota dunia itu masih ada?
Pemikiran saya, kalau cuma Kota Makassar yang mau didorong ke sana (kota dunia, red) itu jelas tidak bisa. Makanya kalau memang mau menuju kota dunia, wilayah sekitar Makassar yakni wilayah Mamminasata itu harus dikota duniakan juga. Kota Makassar, Maros, Gowa dan Takalar harus terintegrasi dalam satu pola ruang yang benar untuk bisa mewujudkan harapan itu.
Siapa yang mesti bertanggung jawab dengan keadaan tata ruang yang ada saat ini?
Dalam ilmu tata ruang ada yang dinamakan nilai keruangan dan itu yang hilang di Kota Makassar. Yang salah ya, kita kembali ke tata ruang kita. Sejatinya, Dinas Tata Ruang harus bisa memikirkan keseimbangan antara sektor informal dengan sektor formal. Selama ini kan hanya sektor formal yang dipikirkan sementara sektor informal itu diabaikan.
Sektor informal itu misalnya pedagang kaki lima. Selama ini, dimana kita menemukan ada regulasi dalam tata ruang kita. Jadi kalau pelaku sektor informal itu ada dimana-mana, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada regulasi yang mengatur tentang itu.
Seberapa besar peluang Kota Makassar untuk penataan ulang?
Masih sangat besar karena jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Kita masih termasuk yang masih bisa teratasi dari segi kepadatan.
Konsep pengembangan ruang seperti apa yang cocok untuk tata ruang Kota Makassar?
Konsep pengembangan ruang harus dilakukan secara vertikal. Hindari adanya bangunan yang dilakukan secara horisontal. Bangunan yang dibuat secara vertikal ini bisa memperbesar peluang untuk menciptakan ruang terbuka hijau. Selama ini, banjir yang terjadi karena bangunan yang dibuat secara horisontal, sehingga kurang lahan untuk resapan air.
Apa solusi Anda untuk mengatasi banjir dan macet?
Perkembangan Kota Makassar memang sangat pesat. Di kota manapun yang menuju kota megapolitan atau metropolitan pasti akan diperhadapkan dengan masalah kemacetan. Solusinya, transportasi massal harus diwujudkan. Apakah itu kereta api atau monorel, kan ada kajian tersendirinya.
Kalau persoalan banjir, kita perlu meninjau kembali sistem drainase kita. Sistem drainase yang kita andalkan saat ini itu masih model lama. Parahnya lagi, drainase kita terbagi secara parsial dan tidak terintegrasi antara hilir dengan hulu, makanya perlu ditinjau ulang.
Sumber : Fajar.co.id