
“Ini akan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Kalbar dan itu butuh investasi. Berbagai usulan bidang infrastruktur seperti pelabuhan dan jalan perlu diusulkan oleh daerah,” kata Wagub Drs Christiandy Sanjaya kepada wartawan usai membuka rakor penyusunan program bidang industri dan perdagangan tahun 2012 di Hotel Mahkota, Selasa (13/2).
Selama ini, banyak pihak mengkritisi jalan Trans Kalimantan mubazir bila nilai ekonominya tidak mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, tidak menunjang perkebunan, pertambangan, sektor kehutanan, dan lainnya. Perlu investor membangun infrastrukturnya.
“Salah satunya jalan Trans Kalimantan menjadi bagian yang harus diselesaikan. Termasuk juga Jembatan Tayan. Kita masih berpeluang terus untuk mengajukan ini termasuk jalan paralel perbatasan,” katanya.
Menurut Christiandy, apabila semua daerah serentak mengajukan usulan, Indonesia dalam waktu singkat akan mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa di semua koridor. Itulah makna dari MP3EI yang dicanangkan oleh pemerintah pusat.
“Tren pertumbuhan ekonomi Kalbar beberapa tahun terakhir cukup positif. Tahun 2009 mencapai 4,94 persen, 2010 sebesar 5,35 persen, dan tahun 2011 naik hingga 5,9 persen. Namun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,5 persen di tahun 2011,” papar Christiandy.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Kalbar disebabkan belum maksimalnya sektor-sektor penunjang, terutama ketersediaan infrastruktur dan energi yang memadai.
“Terakhir dalam RPJMD Kalbar, pertumbuhan ekonomi kita sekitar 6 persen. Perekonomian Kalbar dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan,” tuturnya.
Pada 2009, nilai ekspor Kalbar mencapai US$536 juta, meningkat secara signifikan pada 2010 sebesar 71,9 persen atau sebesar US$922 juta. Tahun 2011, nilai ekspor Kalbar sampai Desember 2011 mencapai US$1.867,80 juta atau naik 102,57 persen dari nilai ekspor 2010 tertinggi dalam sejarah ekspor Kalbar.
Christiandy mengakui, sektor industri pengolahan di Kalbar sangat lamban akibat ketiadaan infrastruktur dan energi. Pertumbuhan industri hanya 2,21 persen di tahun 2010 dan 2,60 persen pada 2011.
“Berbagai isu strategis ke depan perlu kita respons secara cerdas, kreatif, dan terobosan baru. Namun disesuaikan dengan koridor kewenangan dan kerangka regulasi yang ada,” katanya.
Namun, kata Christiandy, isu yang paling mendesak adalah kemungkinan gejolak perekonomian akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. “Tak hanya berakibat pada gejolak stok dan harga bahan pokok serta barang strategis. Tetapi diperkirakan juga akan memengaruhi aktivitas industri dan perdagangan,” jelas Wagub.
Isu strategis lainnya yang tidak kalah penting adalah kinerja ekspor Kalbar yang kemungkinan terancam menurun seiring program hilirisasi komoditas primer nasional. Terutama pertambangan, dengan terbitnya Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2012.
Permen itu membatasi ekspor bahan baku tambang hingga Mei 2012 tidak dapat diekspor, kecuali setelah diolah. Padahal sejak 2009 nilai ekspor Kalbar dari komoditas primer tambang mencapai lebih-kurang 25 persen nilai ekspor total Kalbar.
Alhasil, upaya pembangunan koridor ekonomi seperti yang tertuang dalam MP3EI, di Kalbar berupa bauksit/alumina, kelapa sawit, perkayuan, dan batubara.
“Kita menginginkan di Kalbar tidak hanya terbangun ekonomi berbasis alumina yang nilai tambahnya sangat kecil. Diharapkan mampu menjadi koridor industri aluminium yang mempunyai nilai tambah sangat tinggi atas logam masa depan yang strategis itu,” harap Christiandy.
Rakor menurut Kadisperindag Suzarsono Soekran bertujuan untuk konsolidasi pelaksanaan program/kegiatan pembinaan dan pengembangan industri perdagangan di daerah dan pusat tahun 2013.
“Beberapa isu strategis yang menjadi sorotan pada pertemuan ini antara lain penetapan kegiatan ekonomi utama Kalbar dalam MP3EI. Yakni industri hilir bauksit/alumina, kelapa sawit, batubara, dan perkayuan. Kebijakan hilirisasi industri nasional dan pengembangan industri unggulan provinsi diarahkan untuk karet dan sawit,” katanya.
Selain itu dibahas tentang pengembangan IKM komoditas daerah One Village One Product (OVOP), desa model, dan daerah perbatasan. Juga peningkatan kualitas produk industri dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.
Sedangkan pelaksanaan AC-FTA dan kesiapan daerah/nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Perlindungan konsumen (metrologi legal, pengawasan barang beredar, sengketa konsumen-produsen), dan kebijakan pemerintah mengenai harga BBM per April 2012.
Sumber : EquatorNews