Data yang dihimpun Surabaya Pagi melalui penjabaran APBD 2012 di Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Timur, Program Perencanaan Tata Ruang yang terbagi dalam tiga kegiatan. Kegiatan pertama, untuk penataan ruang kawasan strategis di Jawa Timur digelontorkan dana Rp 3.390.000.000. Kedua, untuk penyusunan rencana detail tata ruang kawasan Rp 2.250.000.000. Sedang ketiga, rapat koordinasi tentang rencana tata ruang sebesar Rp 360.000.000. Total secara keseluruhan Rp 6 miliar.
Menariknya lagi, Dinas PU Cipta Karya yang seharusnya mengurusi infrastruktur atau pembangunan Jawa Timur, ternyata menghabiskan tersebut untuk rapat, makan-minum, honor PNS, uang lembur PNS, perjalanan dinas dalam dan luar provinsi serta sejumlah penelitian yang melibatkan jasa konsultan.
Sementara itu, sudah menjadi rahasia publik, para staf dinas suka mengoleksi “proposal atau perencanaan dalam bentuk buku nan tebal” serta menggelar berbabagai macam agenda rapat dan koordinasi. Mereka agaknya tidak jera dengan kesan yang kerap disorot. Terkesan Rapat hanyalah ajang membeberkan program-program yang sifatnya one way traffic. Bagi masyarakat, kesan yang sukar dihilangkan dari PNS adalah NATO (No Action Talking Only) alias tong kosong nyaring bunyinya.
Yang juga dikritisi oleh masyarakat iyalah, dinas pemerintah seharusnya memiliki staf yang capable dan kompeten dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Padahal dari kinerja merekalah, staf tersebut dibayar. Sehingga itu menimilasisaikan pengeluaran untuk menyewa pihak ketiga, walau tidak ada salahnya juga menghadirkan tenaga ahli, jasa konsultan serta menggelar penelitian dengan pihak lain.
Polling yang kami lakukan Senin kemarin (21/01) menyikapi efektivitas pengunaan Rp 6 M yang digunakan untuk pembiayaan Penataan Kawasan Strategis Jawa Timur, 14 paket judul penelitian, 12 paket penilitian penyusunan Rencana Tata Ruang dan juga biaya rapat koordinasi.
Pertanyaannya adalah, Apakah pengunaan dana Rp 6 M oleh Dinas PU Cipta Karya itu efektif? Pilihan jawaban adalah 1). EEKTIF, dan masih wajar. 2). TIDAK EFEKTIF atau PEMBOROSAN. 3). ABSTAIN. Alasan respoden memilih jawaban tersebut?
Pertanyaan diberikan ke 22 responden para warga Surabaya dan sekitar dengan latar belakang beragam. Responden dipilih secara acak (random sampling).
Hasilnya menunjukkan 63,64% atau 14 Responden menyatakan penggunaan anggaran tersebut TIDAK EFEKTIF, cenderung boros. Hanya 13,64% atau 3 Responden saja yang menilai WAJAR. Sedangkan 5 Responden atau 22,73% ABSTAIN.
Alasan responden yang menjawab TIDAK EFEKTIF, antara lain hasil sekedar wacana (6 repsonden atau 42,86%), Dinas suka hamburkan dana (4 responden atau 28,57%), SDM dinas tidak kompeten dan kapabel (21,43% atau 3 reponden) serta alasan lain.
Alsan yang menjawab efektif dan masih wajar adalah karena ide itu sangatlah berharga, kerja keras dinas juga masih perlu dihargai, riset atau penelitian merupakan investasi jangka panjang. Sedangkan yang memilih abstain karena minimnya wawasan responden tentang anggaran dan komparasi penelitian.
Berikut sejumlah jawaban responden;
Swa Jonathan, Staf Peneliti Media di Surabaya
Wah.. kalau hasilnya cuma gagasan idea di atas kertas saja ya kelewat mahal mas.. alias itu boros sekali.. itu gak sehat atau tidak efektif
Andri, Mahasiswa Unair Surabaya
Wow.. angka yang fantastis.. hanya untuk bikin perencanaan saja.. Saya malah nunggu hasilnya apa?
Yahya, Alumni Unesa Surabaya
Gimana mau rakyat dan warga bisa makmur.. diberi kepercayaan kelola dana saja malah dihambur-hamburkan..
Marzuki, Pekerja Pers di Sidoarjo
Kemahalan tuh.. Apalagi selama ini dinas pemerintah selalu hobby numpuk dokumen-dokumen dikantor tapi hasil lapangan masih rendah
Abidin, Mahasiswa Tinggal Skripsi di Surabaya
Kalau dari kacamata usaha, dana besar ya harus dibarengi hasil yang besar.. sekarang sudah kentara tidak?..
Dini, Marketing di Surabaya
Ternyata bahas idea yang belum tentu terlaksana membutuhkan dana yang sebanyak itu..
Aida, Ibu Rumah Tangga di Benowo
Gak heran mas dengan kinerja para PNS.. Lha kegiatan rapat dan mikir saja dihargai segitu tapi hasilnya pa?.. sedih juga sih.. padahal itu uangnya rakyat..
Yayuk, Ibu Rumah Tangga di Sidoarjo
Idea itu mahal.. apalgi kalau dibarengi dengan data otentik.. saya rasa negera ini belum betul-betul menghargai HAKI.. saya rasa itu tidak masalah.. Efektiflah..
Syamsulhadi, Staf Marketing di Surabaya
Kayaknya Dinas terlalu baik deh.. sukanya bagi-bagi uang buat pegawai yang di
Makhi Sanjaya, Pegawai Ekspedisi di Sidoarjo
Jelas-jelas itu makan uang rakyat.. Gak effektif blas.. rugi kalau mbayari orang yang kerjanya Cuma bisa bikin rencana-rencana ae..
Rindra, Staf Akunting Perusahaan Swasta di Surabaya
Ini kebangetan.. masak dari dulu staff pemerintah koq sukanya bikin rencana-rencana saja.. kebanyakan ABS sih.. Asal Bos Senang..
Irma, Sekretaris Perusahaan di Surabaya
Seharusnya.. dana yang dikeluarkan tidak sebanyak itu.. lha bukannya orang yang kerja di Dinas Cipta Karya itu seharusnya sudah paham tentang tata kota.. sayangkan kalau dibuat mbayari orang atau ahli lain.. trus Staff Dinas Karya buat apa juga dibayari rakyat?
Arfan, Pegawai Entry Data Base di Surabaya
Memangnya anda mau, kerja keras peras otak dan mikir untuk kepentingan orang banyak trus dihargai kecil? Apalagi kalau salah sedikit dihujat sana-sana.. anggap saja nilai itu pantaslah..
Bakat Wahyuono, Guru SMP Negeri di Surabaya
Efektif tidak tergantung dari outcome-nya.. bila kelak hasilnya sangat excelleny dan nyata... biaya segitu malah boleh dibilang masih terlalu kecil.. tapi bila tidak ya tahu sedirilah
Erni, Mahasiswa Kos di Semolowaru
Satu paket penelitian habis ratusan juta.. belum juga biaya konsultasinya.. boros sekali.. coba saja gendeng mahasiswa jurusan Teknik Sipil.. mereka bikin skripsi saja tidak sampai habiskan 10 juta.. jelas sekali pemborosannya
Mahendra, Karyawan Percetakan di Surabaya
Jelas sudah tidak efektif lagi.. kenapa juga minta biaya rapat segala kalau itu memang sudah menjadi kerjaannya? - litbang
Sumber : SurabayaPagi