
Sejumlah spanduk dan pamflet dibentangkan warga di depan pintu gerbang, sementara warga lainnya menyandera alat bera sejenis eskavator (beko) dan menempeli kendaraan pengeruk itu dengan pamphlet, “Kami ingin ketegasan bupati Bekasi, karena warga di sini dizholimin,” teriak pengunjuk rasa, sambil berteriak-teriak menyemangati warga lainnua.
Akibat aksi itu sejumlah truk sampah yang akan membuang ke TPA Burangkeng , tidak dapat masuk. Seratus meter sebelum masuk pintu gerbang, warga memblokir jalan dengan bambu dan batu dan eskavator didorong di tengah jalan.
“Kalau belum ada penjelasan resmi dari Bupati Bekasi, kami tidak akan membuka jalan ini,” teriak Sumadi, warga, sambil mengatakan sudah lama warga di Desa Burangkeng, terutama yang ada di sekitar TPA merasakan dampak buruknya dari lokasi pembungan sampah.
Pemblokiran jalan itu sendiri menurut Sumadi, karena warga kecewa, jalan desa hingga kini tidak juga mendapat anggaran untuk diperbaiki, “Padahal pada APBD tahun 2013, ada alokasi dana sebesar Rp 2 miliar lebih, tetapi nyatanya dicoret,” lanjut Sumadi.
Selain itu, dampak lain pen cemaran udara dan limbah serta bau tak sedap kerap menjadi ‘hidangan’ warga setiap hari, “Kalau di Kota Bekasi, warga sekitar mendapat uang konfensasi untuk pencemaran udara dan bau serta air licid,” tutur Rohmat, tokoh pemuda di sana.
Aksi warga tersebut mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian dan sejumlah warga diminta tidak anarkis. Dan warga selama dua hari tetap memblokir pintu masuk ke TPA, sejumlah yang membawa sampah meninggalkan lokasi itu.
Sementara itu Dewi Tisnawati,Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kabupaten Bekasi yang datang menemui warga ditanggapi dingin, “Saya membawa pesan dari Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin, agar warga dapat membuka kembali pemblokiran tersebut dan nanti usul warga akan disampaikan ke bupati,” ujar Dewi.
Namun keinginan Kadis Kebersihan dan Pemakaman ini ditolak warga, mereka minta bukti hitam di atas putih, “ Kami tidak mau membuka jalan sampai ada surat pernyataan resmi dari bupati,kalau Cuma janji wrga tidak percaya,” tutur Nemin. Kepala Desa Burangkeng, yang menjembatani pertemuan itu.
Hingga kini nasib awak truk sampah belum jelas, karena lahan untuk membuang masih ditutup terpaksa menunggu instruksi dari atasan, “Masih nunggu, kalau suruh buang ke TPA Bantargebang, kami senang dan bisa cepat mengambil sampah ke warga lagi,” ujar Joko, awak truk yang biasa mengangkut sampah milik warga Mangunjaya, Tambun Selatan.
Sumber : PosKotaNews