Sebab, dari 4.000 unit rumah yang diperkirakan terdapat di kelurahan itu, 2.000 di antaranya hingga saat ini diketahui belum dilengkapi sarana MCK. Selama ini warga kerap memanfaatkan keberadaan MCK itu hingga membuat kawasan itu menjadi terlihat kotor, kumuh, dan terkesan semrawut.
"Sebetulnya, saat ini kondisinya sudah lebih baik dibanding lima tahun lalu. Sebab, saat ini 50 persen warga sudah memiliki MCK sendiri. Dulu hanya beberapa warga saja yang punya MCK," ujar Kuswanto, Lurah Kalianyar, Senin (2/4).
Diungkapkan Kuswanto, luas kelurahan yang dipimpinnya mencapai luas 31,8 hektare dan terbagi atas 9 RW dan 101 RT dengan total jumlah penduduk mencapai 24.651 jiwa. Umumnya, warga di kelurahan itu tinggal dalam rumah berukuran 2,5 x 2,5 meter persegi yang dibangun dengan dua lantai. Dengan kondisi demikian, tentu saja sangat sulit mendirikan MCK yang layak pakai.
Saat ini, menurut Kuswanto, terdapat 15 MCK yang terdiri dari lima MCK berada di bantaran KBB yang masing-masing terdiri atas 10 pintu. Sisanya, 10 MCK berada di tengah-tengah lingkungan warga.
"Keterbatasan lahan menjadi penyebab utama untuk membuat MCK di rumah-rumah warga. Hal inilah yang menyulitkan kami membebaskan wilayah Kalianyar dari keberadaan MCK, khususnya yang terdapat di bantaran KBB," katanya.
Camat Tambora Isnawa Adji mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, khususnya menyangkut hunian kumuh, pemerintah pada tahun lalu telah melakukan program perbaikan lingkungan di RW 04, 06, 07, dan 08. Tahun ini rencananya program tersebut akan dijalankan di RW 03 dan 09.
Selama ini, kata Isnawa, pihaknya juga rutin melakukan penertiban terhadap keberadaan MCK, khususnya di bantaran KBB. "Keberadaan MCK di bantaran kali itu bertentangan dan kami anggap liar. Kami pun sudah sering menertibkannya. Tapi, setelah ditertibkan, warga biasanya kembali mendirikan MCK tersebut. Karena kondisi demikian, untuk sementara MCK itu akan kami biarkan dan selanjutnya penertiban secara bertahap akan dilakukan sambil kami mencari cara untuk mengatasinya," kata Isnawa seperti dikutip Beritajakarta.com.
Sofiah (50), warga RT 02/06 Kalianyar, mengatakan, dirinya tidak memiliki MCK karena luas rumah yang ditempati bersama keluarganya sempit. Terlebih, suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga sulit membangun MCK sendiri di rumahnya.
Sehari, katanya, ia mengeluarkan uang sebesar Rp 1.000 untuk satu kali buang air kecil, Rp 2.000 untuk sekali mandi dan Rp 3.000 untuk mencuci pakaian. "Ya, mau bagaimana lagi, karena rumahnya sempit jadi enggak mungkin kita mendirikan MCK sendiri," katanya.
Sumber : SuaraKarya-Online.com