
Pihak pengembang dinilai kurang memperhitungkan struktur tanah serta tak adanya sistem terasering pada tebing di pinggir perumahan.
Jacky Sumampouw, praktisi perumahan, menjelaskan, kondisi perbukitan, tanah gembur, serta struktur bukit yang banyak terdapat pecahan, tampak jelas di sepanjang lokasi lembah Citra Land, Manado. Perumahan yang didiami ratusan kepala keluarga itu sebagian besar berada di bawah bukit bekas pengerukan.
Menurut Jacky, terasering atau undak-undak penting untuk jalur air hujan serta mencegah erosi. Curah hujan yang tinggi bisa menggerus tanah di tebing.
“Suatu kesalahan engineering, di mana seharusnya dibuat sistem terasering, harus ada tanggul pendukung. Hujan deras, mengingat Sulawesi Utara itu curah hujan lebih tinggi,” jelas Jacky.
Senada dengan Jacky, salah satu pemilik rumah di Citra Land, Oktavianus Tumondo, meminta pengembang lebih memperhatikan kondisi tanah yang labil di perbukitan. Bila tidak segera diatasi, bukan mustahil longsor kembali terjadi.
“Kalau diihat, tanah ini pasti banyak yang ditimbun. Struktur tanah harus diperhatikan untuk membangun perumahan model apa pun juga. Ini berbahaya, suatu saat pasti roboh,” pungkasnya.
Seperti diberitakan, enam orang tewas di perumahan Citra Land akibat longsor yang terjadi pekan lalu. Tiga korban merupakan satu keluarga yang sedang berada di rumah, yakni bocah berusia empat tahun Giokly Alit, serta orangtuanya, Frangky Palit dan Elly Kawilarang.
Korban lainnya, yakni kakak-adik Leidy dan Rafda Oroh, serta seorang lagi petugas keamanan perumahan. Tiga korban tersebut sedang membersihkan material longsor di lokasi, namun nahas mereka ikut tertimbun longsor susulan.
Sumber : OkeZone